Wajah koperasi di Indonesia belakangan ini mulai memprihatinkan, banyak koperasi yang
gulung tikar dan tidak aktif. Banyak koperasi yang tidak aktif saat ini merupakan akibat
dari kurangnya perhatian dari pemerintah yang dapat
mendorong koperasi Indonesia menjadi lebih maju,
misalnya dengan memberikan bantuan dana.
Selain itu juga dari pihak masyarakat itu
sendiri yang kurang memahami ilmu ekonomi tentang koperasi. Masyarakat juga
sangat menentukan jalannya koperasi tersebut karena siapa saja berhak
berpartisipasi menjadi anggota koperasi. Sumber daya manusia yang kurang
berkualitas juga mempengaruhi mundurnya koperasi yang berakibat banyak diambil
alih oleh pihak swasta.keadaan koperasi ini mungkin diketahui oleh masyarakat
luas tetapi akibat perubahan zaman dan gengsi saat ini maka dari itu banyak
masyarakat yang lebih memilih membeli sesuatu di pasar swalayan.
Sebanyak 27% dari 177.000 koperasi yang ada di
Indonesia atau sekitar 48.000 koperasi kini tidak aktif. “Angka koperasi yang
tidak aktif memang cukup tinggi. Saat ini jumlah koperasi Indonesia ada sekitar
177.000 dan yang tidak aktif mencapai 27 persen” jelas Guritno
Kusumo, sekretaris kementerian koperasi dan UKM.
Beliau menyatakan banyak faktor yang
mengakibatkan koperasi di Indonesia banyak tidak aktif, salah satu faktornya
adalah pengelolaan yang tidak professional. Namun hingga kini kementrian
koperasi masih melakukan pendataan untuk mengetahui apa penyebab sebenarnya
ketidak aktifan beberapa koperasi di Indonesia.
Dalam menangani koperasi-koperasi yang sudah
tidak aktif tersebut, kementerian terus melakukan pengkajian. Rencananya
koperasi-koperasi yang sudah tidak sehat tersebut akan dipilih sesuai
kondisinya. Namun apabila koperasi
itu sudah tidak ada pengurusnya, maka koperasi yang tidak aktif akan
dibubarkan.
Sudah lebih dari satu abad koperasi berdiri,
merupakan perjalanan yang cukup panjang untuk menyerap banyak pengalaman,
ditambah dengan fasilitas yang begitu melimpah serta perlindungan politik yang
begitu kuat. Perkembangan Koperasi Indonesia saat ini bisa dikatakan cukup
kompleks. Bisa diambil contoh berdasarkan hasil survey bahwa terbukti hanya
sekitar 189 jenis koperasi dari sekitar 649 yang melaksanakan rapat anggota
tahunan. Dari hal itu dapat dilihat bahwa koperasi di Indonesia kurang dikelola
dengan baik .
Potret Koperasi Indonesia
Beberapa waktu belakangan ini citra koperasi
Indonesia kembali tercoreng. Berita tentang Koperasi Serba Usaha (KSU) Langit
Biru, banyak menghiasi media masa. Koperasi dijadikan sebagai wadah kasus
penipuan dengan jumlah uang yang berputar sekitar Rp 6 triliun. Ketua KSU
Langit Biru yaitu Jaya Komara kini bagai raib ditelan bumi, tidak diketahui
dimana keberadaannya. Kasus ini bukanlah yang pertama yang menggunakan nama koperasi
untuk menipu dengan modus culas.
Para Anggota ikut koperasi ini awalnya
bertujuan agar kehidupannya lebih sejahtera, namun apa mau dibuat mereka
terjebak dalam sebuah penipuan yang berkedok koperasi. Maunya dapat untung tapi
kerugian yang lebih dahulu menghampiri mereka.
Namun tidak semua koperasi ber”asas” penipuan.
Masih banyak koperasi yang tumbuh dengan tujuan sebagaimana mestinya.
Seharusnya para calon Investor atau calon anggota harus benar-benar mengetahui
koperasi yang akan mereka ikuti, jangan mudah teriming-imingi bunga yang besar.
Alasan Rendahnya Minat Masyarakat Terhadap
Koperasi
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM,
jumlah koperasi di Indonesia tercatat 103.000 unit lebih dengan keanggotaan
26.000.000 orang. Dengan data yang seperti ini, seharusnya koperasi sudah dapat
dikatakan sebagai salah satu sumber devisa Negara serta dapat memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat.
Namun kenyataan jauh berbeda. Banyak koperasi
di Indonesia yang sulit berkembang karena beberapa factor. Factor utamanya
adalah koperasi-koperasi tersebut tidak mempu menjalankan fungsi sebagaimana
yang telah dijanjikan, serta banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan
sehingga mengecewakan masyarakat. Kondisi inilah yang menjadi sumber citra buruk
koperasi secara keseluruhan.
Kurangnya minat masyarakat menyebabkan
perkembangan koperasi yang terhambat. selain factor tadi, ada beberapa factor
penyebab minat masyarakat untuk “melirik” koperasi kurang baik.
1.
Kurangnya promosi dan sosialisasi yang dilakukan
oleh pemerintah dalam memperkenalkan koperasi kepada masyarakat. Dalam masalah
mempromosikan barang yang dijualjuga mengalami kendala, seperti kurangnya
kekreatifan koperasi dalam mempromosikan, sehingga masyarakat juga enggan untuk
ikut serta dalam koperasi.
2. Lemahnya
kesadaran masyarakat untuk berkoperasi terutama anak-anak muda. Kesadaran yang
masih lemah tersebut mungkin disebabkan oleh kurang menariknya koperasi sebagai
suatu usaha, serta para pemuda beranggapan melakukan kegiatan koperasi berkesan
“kuno”.
3. Harga barang di
koperasi jauh lebih mahal dibandingkan harga pasar. Bagi masyarakat Indonesia,
konsumen akan memilih barang yang harganya lebih murah dengan kualitas sama
bahkan lebih baik dibandingkan yang terdapat dalam koperasi.
4. Sulitnya
anggota untuk keluar dari koperasi. Anggota koperasi akan sulit melepaskan diri
dari koperasi, karena sulitnya regenerasi yang terjadi. Mereka harus
mendapatkan pengganti yang cocok untuk dapat mengembangkan koperasi yang
selanjutnya.
5.
Para anggota kurang dapat merasakan peran dan
manfaat dari koperasi. Hal tersebut dikarenakan, koperasi belum mampu
meyakinkan anggota serta masyarakat untuk berkoperasi. Dan kurang baiknya
manajemen serta kejelasan dalam hal kenaggotaan koperasi.
Permasalahan Yang Terdapat Dalam Koperasi
Indonesia Saat Ini
Koperasi yang telah lama berdiri sampai
sekarang belum tumbuh menjadi suatu badan usaha besar. Padahal banyak paket
program yang diberikan oleh pemerintah untuk koperasi- koperasi Indonesia,
seperti kredit pogram : KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), dll.
Permasalahan yang terjadi berasal dari Internal
dan Eksternal.
· Internal :
1.
Kebanyakan para pengurus koperasi telah lanjut
usia sehingga kapasitasnya terbatas.
2.
Para pengurus koperassi kebanyakan merupakan
juga tokoh dalam masyarakat, sehingga perhatiannya terhadap koperasi menjadi
berkurang. Hal ini mengakibatkan para pengurus kurang menyadari adanya
perubahan-perubahan dalam lingkungan.
3.
Ketidak percayaan anggota menjadi penghalang
dalam pemulihan koperasi.
4. Kurangnya dana mengakibatkan
kurangnya fasilitas- fasilitas yang terdapat dalam koperasi, padahal terknologi
terus berkembang dengan pesat, sehingga kurangnya kekuatan koperasi untuk
bersaing.
5. Kebanyakan
anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi, dilain pihak para naggota banyak
yang berhutang kepada koperasi
6. Dll
·
Eksternal :
1. Bertambah
banyaknya pesaing dari badan usaha lain yang secara bebas memasuki bidang usaha
yang ditangani oleh koperasi.
2. Dicabutnya
fasilitas- fasilitas yang terdapat dalam koperasi, sehingga koperasi tidak
dapat lagi menjalankan usahanya dengan baik. Dengan terpaksa koperasi mencari
cara sendiri agar usahanya tetap berjalan.
3. Hilangnya kepercayaan
masyarakat terhadap koperasi, karena pada waktu terjadi kegagalan koperasi pada
waktu yang lalu tidak adanya pertanggung jawaban dari koperasi kepada
masyarakat tentang penelolaan koperasi.
4. Tingkat harga
yang selalu berubau- ubah (naik) sehingga pendapatan penjualan tidak dapat
dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru mengecilkan usaha.
sumber :