Oleh : Agus Budiyanto / @AgusBudiyanto_
Jika pada tulisan sebelumnya yang berjudul “Ledakan
Keberhasilan” kita telah bersama-sama mengatakan, “Ya, saya akan berjuang
habis-habisan!” dengan lantang dalam hati. Itu berarti, secara tidak langsung
kita sudah berjanji kepada sejarah untuk pantang menyerah, memperjuangkan misi
besar yang kita damba-dambakan.
Faidza ‘azamta fatawakkal ‘alallah. Sekiranya sangatlah
cukup dijadikan semboyan semangat tanpa batas. Apalagi bagi kita yang sadar
bahwa kita lahir ke dunia ini untuk sebuah misi BESAR.
Mereka yang menyadari misi besar dalam hidupnya sebagai
sebuah titipan, akan memunculkan rasa terhormat dalam diri untuk terus
memperjuangkannya. Tentu sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kelebihan
potensi yang telah Allah SWT. berikan kepada dirinya.
Misi besar, berarti menuntut pekerjaan besar untuk
menghasilkan sesuatu yang besar pula. Biasanya digambarkan dengan penuh
kesempurnaan, dan itulah yang kita sebut dengan idealisme.
Sementara di sisi lain, kita juga patut menyadari bahwa
kita hanyalah manusia biasa dengan segala keterbatasan. Ada yang berasal dari
dalam diri seperti masalah ekonomi, keinginan menikah, tuntutan keluarga, dan
sebagainya. Ada pula yang berasal dari luar diri, seperti lingkungan yang tidak
mendukung, kurangnya soliditas, atau hadirnya orang-orang yang mendadak merusak
suasana. Itulah yang disebut Realisme.
Akan tetapi, bukan berarti kedua hal tersebut selalu
bertolak belakang, bisa jadi justru keduanya akan saling beririsan. Sebab diantara
Idealisme dan Realisme, terdapat satu ruang kecil, bernama optimisme.
Ya, Optimisme. Sumber kekuatan dahsyat yang membuat
orang-orang besar akan terus bekerja dan bekerja, berjuang menciptakan
karya-karya, tanpa henti sampai waktu mereka tiada. Karena yang mereka yakini
adalah, ALLAH tidak akan mengubah nasibnya jika ia saja tidak mau berusaha
mengubahnya.
Ingatlah kembali bahwa Allah berkata kepada kita, “Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri...” (QS. Ar-Rad : 11)
Ayat tersebut membimbing kita untuk terus menjaga dan
merawat Optimisme agar senantiasa berjuang. Semoga kita sadar akan hal itu :)
Dalam berjuang, seorang pejuang sejati tidak pernah
mengenal kata henti, apalagi istilah gagal. Mereka hanya mengenal kata berhasil. Sebab bagi mereka,
kegagalan, hanyalah ikhtiar yang belum berjodoh dengan takdir.
Wallahu a’lam
Sumber :
THE REAL YOUNG MUSLIM (@RealYoungMuslim)
#AyoMentoring
Note : tulisan ini saya copas dari sumber yang sudah
tertera. Saya merasa bahwa tulisan ini sangat bagus dan bisa bermanfaat untuk
orang banyak sehingga saya bermaksud untuk ikut membantu menyebarkannya. Semoga
bisa bermanfaat untuk kalian semua juga :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar